#Question
@Ulfah Azzahra Liem
Wa'alaikumussalam. Afwan, ana jg menerima angpao dari keluarga. Bukankah itu sama dengan memberi? Keluarga ana (Budha) merayakan Imlek di rumah. Menurut ana Imlek itu tidak ada unsur agamanya, tetapi hanya tradisi orang Tionghoa. Bahkan keluarga Larissa Chou (Kristen) juga merayakan. Bukankah tidak ada 2 Agama yg memiliki hari besar keagamaan yg sama? Mohon dinasehati jika salah. Syukron.
#Answer
@Satria
Kalau untuk pertanyaan Ulfah:
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang di kota Madinah, penduduk kota tersebut merayakan dua hari raya, Nairuz dan Mihrajan. Beliau pernah bersabda di hadapan penduduk madinah,
"Saya mendatangi kalian dan kalian memiliki dua hari raya, yang kalian jadikan sebagai waktu untuk bermain. Padahal Allah telah menggantikan dua hari raya terbaik untuk kalian; Idul fitri dan Idul adha." (HR. Ahmad 13164, Nasa’i 1567, dan dihahihkan Syuaib al-Arnauth).
Perayaan Nairuz dan Mihrajan yang dirayakan penduduk Madinah, isinya hanya bermain-main dan makan-makan. Sama sekali tidak ada unsur ritual sebagaimana yang dilakukan orang Majusi, sumber asli dua perayaan ini. Namun mengingat dua hari tersebut adalah perayaan non muslim (kaum kafir), Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarangnya. Sebagai gantinya, Allah berikan dua hari raya terbaik: Idul Fitri dan Idul Adha.
Meskipun hanya bermain-main, lalu mengucapkan selamat walaupun tanpa mengikuti ritual keagamaannya, termasuk perbuatan yang dilarang, karena termasuk turut serta didalamnya. Kalau sekedar berniat silaturahmi dibolehkan, tapi ga perlu mengucapkan selamat tahun baru dan niatnya jangan turut merayakan.
Sama halnya dengan merayakan dan memperingati tahun baru Islam, padahal penetapan tahun awal hijriyah saja baru ada di masa khalifah Umar untuk tujuan surat-menyurat, bukan untuk diperingati dan bukan membuat amalan-amalan khusus yang tidak ada tuntunan didalamnya.
Wallahu a'lam bisshawab.
@Ulfah Azzahra Liem
Wa'alaikumussalam. Afwan, ana jg menerima angpao dari keluarga. Bukankah itu sama dengan memberi? Keluarga ana (Budha) merayakan Imlek di rumah. Menurut ana Imlek itu tidak ada unsur agamanya, tetapi hanya tradisi orang Tionghoa. Bahkan keluarga Larissa Chou (Kristen) juga merayakan. Bukankah tidak ada 2 Agama yg memiliki hari besar keagamaan yg sama? Mohon dinasehati jika salah. Syukron.
#Answer
@Satria
Kalau untuk pertanyaan Ulfah:
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang di kota Madinah, penduduk kota tersebut merayakan dua hari raya, Nairuz dan Mihrajan. Beliau pernah bersabda di hadapan penduduk madinah,
"Saya mendatangi kalian dan kalian memiliki dua hari raya, yang kalian jadikan sebagai waktu untuk bermain. Padahal Allah telah menggantikan dua hari raya terbaik untuk kalian; Idul fitri dan Idul adha." (HR. Ahmad 13164, Nasa’i 1567, dan dihahihkan Syuaib al-Arnauth).
Perayaan Nairuz dan Mihrajan yang dirayakan penduduk Madinah, isinya hanya bermain-main dan makan-makan. Sama sekali tidak ada unsur ritual sebagaimana yang dilakukan orang Majusi, sumber asli dua perayaan ini. Namun mengingat dua hari tersebut adalah perayaan non muslim (kaum kafir), Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarangnya. Sebagai gantinya, Allah berikan dua hari raya terbaik: Idul Fitri dan Idul Adha.
Meskipun hanya bermain-main, lalu mengucapkan selamat walaupun tanpa mengikuti ritual keagamaannya, termasuk perbuatan yang dilarang, karena termasuk turut serta didalamnya. Kalau sekedar berniat silaturahmi dibolehkan, tapi ga perlu mengucapkan selamat tahun baru dan niatnya jangan turut merayakan.
Sama halnya dengan merayakan dan memperingati tahun baru Islam, padahal penetapan tahun awal hijriyah saja baru ada di masa khalifah Umar untuk tujuan surat-menyurat, bukan untuk diperingati dan bukan membuat amalan-amalan khusus yang tidak ada tuntunan didalamnya.
Wallahu a'lam bisshawab.
0 komentar:
Posting Komentar