Dirangkum oleh: Zihad
#Question by Zihad
Assalamu'alaikum, bagaimana jika seseorang melakukan suatu ibadah sunnah tanpa tau keutamaannya, apa akan mendapatkan keutamaannya?
#Answer by Gema
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, in syaa Allah dapet kalau ikhlas karena Allah dan 'ittiba (sesuai tuntunan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Karena, syarat suatu ibadah diterima itu ikhlas dan 'ittiba, bukan mesti tau keutamaannya.
Kaya gini, seseorang yang shalat dhuha, taunya dia hanya ingin memperbanyak shalat sunnah karena yang dia tau hanya berharap ridha Allah, dan pelaksanaannyapun sesuai tuntunan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Banyak yang belum memahami keutamaan shalat yang satu ini. Ternyata shalat Dhuha bisa senilai dengan sedekah dengan seluruh persendian. Shalat tersebut juga akan memudahkan urusan kita hingga akhir siang. Ditambah lagi shalat tersebut bisa menyamai pahala haji dan umrah yang sempurna. Juga shalat Dhuha termasuk shalat orang-orang yang kembali taat. Apakah orang tersebut ga dapat keutamaannya?
Orang yang menyebarkan ilmunya, niatnya ikhlas karena Allah. Namun dia tidak mengetahui keutamaan dari menyebarkan ilmu tersebut, apakah dia tidak mendapatkan keutamaannya?
Hadits dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu anhuma mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, dalam hadits yang panjang:
"Telah diperlihatkan kepada diriku umat-umat manusia. Aku melihat seorang Nabi yang bersamanya beberapa orang dan bersamanya satu dan dua orang, serta seorang Nabi yang tidak ada seorang pun bersamanya. Tiba-tiba ditampakkan kepada diriku sekelompok manusia yang berjumlah banyak, dan aku pun mengira bahwa mereka adalah umatku. Tetapi dikatakan kepadaku, ‘Ini adalah Musa bersama kaumnya’. Lalu tiba-tiba aku melihat sekelompok manusia yang banyak pula. Kemudian dikatakan kepadaku ini adalah umatmu, dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab".
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan bergegas masuk ke dalam rumahnya. Maka para shahabat mulai membicarakan siapakah mereka itu. Di antara mereka ada yang mengatakan, ‘Mungkin mereka adalah orang-orang yang menjadi shahabat Rasulullah’. Ada lagi yang mengatakan, ‘Mungkin mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam, sehingga mereka tidak pernah berbuat kesyirikan’. Dan ada di antara mereka yang menyebutkan kemungkinan lainnya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dan menemui mereka dan menjelaskan, "Mereka adalah orang-orang tidak meminta diruqyah, tidak meminta diobati dengan cara kai (menempel luka dengan besi panas), tidak melakukan tathayur, dan mereka adalah orang-orang yang bertawakal kepada Rabb mereka". (HR. Bukhari 5705, 6541 dan Muslim 220)
Hadits diatas adalah salah satu contoh dimana para shahabatpun tidak mengetahui keutamaan dari perbuatan orang2 yg masuk surga tanpa hisab tersebut, mudah2an ini menjawab.
Satu lagi: Di dalam hadits tentang diberikannya jubah kemuliaan untuk orang tua pun adalah bagi mereka yg membaca (menghafal), mempelajari lalu mengamalkan Al-Qur'an. Tidak terbatas hanya menghafalkannya saja, dari Buraidah Al Aslami ra, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang membaca Al-Qur'an, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini? Dijawab "Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur'an". (HR. Al Hakim).
Orang tuanya bertanya demikian, karena mereka tidak mengetahui keutamaannya, bukan?
Wallahu a'lam bisshawab.
#Question by Zihad
Assalamu'alaikum, bagaimana jika seseorang melakukan suatu ibadah sunnah tanpa tau keutamaannya, apa akan mendapatkan keutamaannya?
#Answer by Gema
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, in syaa Allah dapet kalau ikhlas karena Allah dan 'ittiba (sesuai tuntunan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Karena, syarat suatu ibadah diterima itu ikhlas dan 'ittiba, bukan mesti tau keutamaannya.
Kaya gini, seseorang yang shalat dhuha, taunya dia hanya ingin memperbanyak shalat sunnah karena yang dia tau hanya berharap ridha Allah, dan pelaksanaannyapun sesuai tuntunan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Banyak yang belum memahami keutamaan shalat yang satu ini. Ternyata shalat Dhuha bisa senilai dengan sedekah dengan seluruh persendian. Shalat tersebut juga akan memudahkan urusan kita hingga akhir siang. Ditambah lagi shalat tersebut bisa menyamai pahala haji dan umrah yang sempurna. Juga shalat Dhuha termasuk shalat orang-orang yang kembali taat. Apakah orang tersebut ga dapat keutamaannya?
Orang yang menyebarkan ilmunya, niatnya ikhlas karena Allah. Namun dia tidak mengetahui keutamaan dari menyebarkan ilmu tersebut, apakah dia tidak mendapatkan keutamaannya?
Hadits dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu anhuma mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, dalam hadits yang panjang:
"Telah diperlihatkan kepada diriku umat-umat manusia. Aku melihat seorang Nabi yang bersamanya beberapa orang dan bersamanya satu dan dua orang, serta seorang Nabi yang tidak ada seorang pun bersamanya. Tiba-tiba ditampakkan kepada diriku sekelompok manusia yang berjumlah banyak, dan aku pun mengira bahwa mereka adalah umatku. Tetapi dikatakan kepadaku, ‘Ini adalah Musa bersama kaumnya’. Lalu tiba-tiba aku melihat sekelompok manusia yang banyak pula. Kemudian dikatakan kepadaku ini adalah umatmu, dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab".
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan bergegas masuk ke dalam rumahnya. Maka para shahabat mulai membicarakan siapakah mereka itu. Di antara mereka ada yang mengatakan, ‘Mungkin mereka adalah orang-orang yang menjadi shahabat Rasulullah’. Ada lagi yang mengatakan, ‘Mungkin mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam, sehingga mereka tidak pernah berbuat kesyirikan’. Dan ada di antara mereka yang menyebutkan kemungkinan lainnya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dan menemui mereka dan menjelaskan, "Mereka adalah orang-orang tidak meminta diruqyah, tidak meminta diobati dengan cara kai (menempel luka dengan besi panas), tidak melakukan tathayur, dan mereka adalah orang-orang yang bertawakal kepada Rabb mereka". (HR. Bukhari 5705, 6541 dan Muslim 220)
Hadits diatas adalah salah satu contoh dimana para shahabatpun tidak mengetahui keutamaan dari perbuatan orang2 yg masuk surga tanpa hisab tersebut, mudah2an ini menjawab.
Satu lagi: Di dalam hadits tentang diberikannya jubah kemuliaan untuk orang tua pun adalah bagi mereka yg membaca (menghafal), mempelajari lalu mengamalkan Al-Qur'an. Tidak terbatas hanya menghafalkannya saja, dari Buraidah Al Aslami ra, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang membaca Al-Qur'an, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini? Dijawab "Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur'an". (HR. Al Hakim).
Orang tuanya bertanya demikian, karena mereka tidak mengetahui keutamaannya, bukan?
Wallahu a'lam bisshawab.
0 komentar:
Posting Komentar