Selasa, 31 Januari 2017

Pergi Menuntut Ilmu (Kajian) Bagi Wanita

#Question
@Widya
Menurut temen2 disini gimana hukumnya akhwat yang dateng ke kajian atau majlis ilmu tanpa disertai mahram nya?


#Answer
@Reksa
Baiknya dirumah sajoo, youtube ada. Dalil, surah Al-Azhab: 33.

#Answer
@Satria
Kalau berdasar dalil, baiknya didampingi mahram. Lalu yang terpisah tempatnya dengan ikhwan.
Alasannya, ya menghindari fitnah. Karena seperti dalam hadits, wanita ketika keluar rumah dihiasi setan

#Answer
@Atika
Kalau mei.... karena merantau, cari temen perempuan teh. Barengan kajiannya, jd ga sendirian. Cari yg tempat kajiannya terdekat dr rumah, dan yg sekiranya ga nimbulin fitnah

#Question
@Widya
kalo bareng sama temen kan tetep aja ga ada mahramnya mereka berdua tuh? Dan kalo ke kajian semisah misahnya tempat, pas ke halaman masjid otw pulang, atau ke parkiran, pasti ketemu banyak ikhwan..

#Answer
@Satria
Kalau hanya antarkan? Dan jemput? Kalau masih ga bisa antar dan jemput saja, perginya jangan sendirian, minimal berdua sama2 perempuan. Karena ada kewajiban juga untuk menuntut ilmu agama, jadi hal seperti ini udzur yang dibolehkan.
Jangan pilih kajian sore atau malam, itu aja. Soalnya sangat rawan.. apalagi setan berupa jin dan manusia itu adanya dimalam hari

#Answer
@Atika
Hahah sama masalahnya kaya mei teh :( kalau kaya gt mah, mei ngakalinnya jangan lupa pake cadar/masker. Inget hadits yg wanita waktu selesai shalat berjamaah langsung keluar ga teh? Nahh kita keluarnya jangan barengan sm ikhwan hehe jd biar di parkirannya ga ketemu

#Question
@Widya
Nah salah satu alesan yg bikin ragu itu gitu, dari teme saya yg ikhwan ikut kajian, walaupun akhwat2 pada bercadar dan baju gombrang pun mereka (ikhwan) timbul di hatinya "masya Allah ukhti"
Sedangkan kalo dipikir pikir untuk nuntut ilmu mah iya sih di youtube juga ada, walau emang jauh bgt rasanya dateng langsung dan dari youtube, blm lagi kalo di kajian dapet temen baru kan, sedangkan meperbanyak temen soleh kan bisa memberikan syafaat kan in sya Allah?

#Question
@Reksa
Bentar, pengen tanya. Apa pada zaman Nabi Shalallahu'alaihiwasallam akhwatnya pada ikut bermajelis juga? Atau gimana?

#Answer
@Satria
Saya kutip riwayat, jawaban buat kang Reksa. Ini intinya saja, ga saya tulis semua:

Diriwayatkan dalam hadits yang cukup panjang, Majelis ilmu di kota Madinah, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan wahyu dari langit, disesaki oleh kaum pria. Mereka ini para sahabat yang mulia radhiallahu ‘anhum sangat bersemangat mendapatkan ilmu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga mereka berlomba-lomba mendatangi majelis beliau dan duduk dekat dengan beliau.

Kaum wanita dari kalangan sahabiyah tidak mungkin menembus kerumunan tersebut karena rasa malu bercampur baur dengan lelaki. Apalagi telah datang larangan ikhtilath (campur baur) dengan lawan jenis. Para wanita terpaksa harus puas mendengarkan dari jauh sedikit ilmu karena mayoritas majelis Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang didominasi oleh kaum lelaki.

Para sahabiyah menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menurut kabar Abu Sa’id al-Khudri radhiallahu ‘anhu dan Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Mereka datang untuk mengadu kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memohon jalan keluar karena mereka pun ingin mendapatkan ilmu dari beliau, bukan hanya kaum lelaki saja.

Dalam riwayat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu disebutkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjanjikan tempat taklim mereka, "Tempat pertemuan dengan kalian adalah rumah Fulanah." Beliau lalu mendatangi mereka di rumah tersebut dan menyampaikan ilmu kepada mereka. (HR. Bukhari-Muslim). Dalam riwayat lain, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam didampingi Bilal Bin Rabbah r.a ketika menyampaikan ilmu beliau.

Pesan yang tersampaikan lewat hadits di atas, yaitu tidak boleh wanita bercampur baur dengan lelaki, walaupun untuk belajar ilmu agama yang menjadi kewajiban setiap muslim. Walaupun sampai harus satu ruangan, para Ulama membolehkan asalkan dengan syarat ada pembatas/hijab antara keduanya.

Namun, sekali lagi .. bukan berarti ketidakbolehan ikhtilath dijadikan dalil untuk meninggalkan belajar agama di majelis taklim, ataupun ilmu apapun. Sebab, ada solusi yang diberikan oleh hadits di atas, yaitu disiapkan waktu dan tempat yang khusus bagi para wanita yang ingin belajar. Dengan demikian, diharapkan akan diperoleh maslahat yang murni, tidak bercampur dengan mafsadat.

#Question
@Widya
benarkah di arab ada yg mengjaramkan perempuan nyetir sendiri?

#Answer
@Satria
Soal peraturan di Arab, iya.. yang saya baca seperti itu. Karena dengan alasan menegakkan syariat Islam, dimana wanita dilarang pergi sendirian ketika keluar rumah. Mencegah perbuatan yang menghantarkan kepada perbuatan yang diharamkan.

Masalah menuntut ilmu agama itu kewajiban bagi kaum muslimin, baik bagi laki2 dan juga wanita. Seperti dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Allah telah mengizinkan bagi kalian (para wanita) untuk keluar memenuhi kebutuhan kalian." (HR.Bukhari)

Hadits ini dasar dibolehkannya bagi wanita untuk keluar rumah ketika ada kebutuhan yang tidak bisa digantikan oleh orang lain, termasuk menuntut ilmu agama tentunya. Selama ia tetap berpegang dengan adab-adab syar’iyyah ketika keluar. Diantaranya yaitu dengan tidak ber-tabarruj dan tidak bersolek.
Lalu didampingi mahramnya jika perjalanannya jauh (safar), seperti dalam hadits.
Tentunya kalau majelis ilmu yang sesuai sunnah, tempat ikhwan dan akhwat pun dibuat terpisah, tidak dibuat bercampur baur.

#Answer
@Reksa
Iya kang Satria, sebenernya bukan cuma masalah ini doang sih hehe. Kadang dari hal ini muncul beberapa pertanyaan lagi, semisal "kira² menuntut ilmu zaman skrg sama zaman dulu niatnya sama apa engga ya?" Engga sedikit juga penuntut ilmu zaman skrg cuma sekedar 'pengen liat langsung ustadznya'. Padahal apa bedanya sama di youtube? Kalopun langsung saya pikir kesempatan untuk sharing atau tanya² langsung sama ustadznya kecil sekali kemungkinanya. Terus kalopun mengejar fadhilah bermajelis terkadang menyelisihi syarat² syar'iyyah semisal berpergian tanpa mahram, atau sesama mahram namun sejenis (sesama akhwat) bergerombol gitu. Kadang saya sendiri mikir "nanya engga bisa, komunikasi 2 arah engga ada, pertanyaan spesifikpun sulit buat diungkapin, mending belajar di youtube yang jelas² engga usah keluar rumah yang notabenenya zaman skrg mustahil keluar rumah tanpa maksiat toh sama² aja, ustadznya ngasih materi, sesi tanya jawab bagi yang beruntung dibahas pertanyaannya, kemudian pulang". Kecuali kalo semisal ada kajian yang bisa sekalian sharing gitu sama ustadznya.

#Answer
@Nio
Pergi aja ke majelis lain, haha atau ngajinya jgn cuma disatu tempat kang reksa. Bereskan? hihihihi

#Answer
@Satria
Iya, ini dikembalikan ke niat dan memilih kajian yang memang benar2 bisa menambah ilmu kita secara maksimal, bukan sekedar datang..
Kalau dirasa lebih aman dan bisa mendatangkan seorang guru ke rumah, itu lebih aman buat perempuan :D

#Answer
@Reksa
Biasanya suka ada juga pengajian rutin ibu² komplek ya? Tapi masih banyak juga yang enggan :D

#Answer
@Nio
Yg harus dipahami kadang apa yg kita pahami gak sesuai maksud dan tujuan dari yg memberi pemahaman, kenapa harus datangi majelis ilmu? biar bisa langsung mengoreksi pemahaman, bisa ditanyain lagi

#Answer
@Reksa
Yang penting dalam bermajelis itu kan supaya bisa langsung menanyakan apa yang tidak dimengerti dalam bahasan kajiannya kan? Apa saya salah lagi? Haha

#Answer
@Nio
Iya kang bener itu, tapi kadang juga misal kita udah paham ini tapi untuk memastikan apakah pemahaman kita ini bener atau gak ya bisa dipastikan kepada yg ngasih kajian. Tau aja ad yg keliru bisa langsung diluruskan.

#Question
@Reksa
Kalo engga ada kesempatan untuk bertanya ataupun memang jema'ah nya banyak, lebih baik dihindari? Karena selain menyelisihi syarat bermajelis, ilmu yang didapatpun tidak maksimal begitu?

#Answer
@Nio
Sy juga dulu kayak mba widya, doa aja ke Allah nanti Allah tunjukkan insyaaAllah, tapi jgn membatasi diri selama suatu kajian masih tuhannya Allah nabi terakhirnya Muhammad itu aja.

#Answer
@Satria
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda,"Dan tidaklah sekelompok orang berkumpul di dalam satu rumah di antara rumah-rumah Allah; mereka membaca Kitab Allah dan saling belajar diantara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (para malaikat) di hadapanNya." (HR Muslim, no. 2699; Abu Dawud, no. 3643; Tirmidzi, no. 2646; Ibnu Majah, no. 225; dan lainnya).

Syaikh Dr. Muhammad Musa Nashr berkata,"Berkumpul untuk membaca Al Qur'an yang sesuai dengan Sunnah Nabi dan perbuatan Salafush Shalih, yaitu satu orang membaca dan orang-orang selainnya mendengarkan. Barangsiapa mendapatkan keraguan pada makna ayat, (maka hendaklah) dia meminta qari' (orang yang membacakan) untuk berhenti, dan orang yang ahli berbicara tentang tafsir menjelaskannya, sehingga tafsir ayat itu menjadi jelas dan terang bagi orang-orang yang hadir … Kemudian qari’ mulai membaca lagi. (Kitab Al Bahts Wal Istiqra’ Fi Bida’il Qurra’, hlm. 50-51).

Syaikh Salim Al Hilali juga berkata,"Majelis dzikir-majelisdzikir yang dicintai oleh Allah, ialah majelis-majelis ilmu, bersama-sama mempelajari Al Qur’anul Karim dan As Sunnah Al Muththaharah (yang disucikan), dan mencari pemahaman tentang hal itu. Yang dimaksudkan bukanlah halaqah-halaqah tari dan perasaan ala Shufi." (Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadhush Shalihin, 2/519, Cet. 1, Th. 1415 H/ 1994 M.)

Bahkan sebagian ulama menjelaskan, majelis ilmu lebih baik daripada majelis dzikir. Syaikh Abdur Razaq bin Abdul Muhshin Al Badr, salah seorang dosen Jami’ah Islamiyah di Madinah berkata,"Tidak ada keraguan, bahwa menyibukan dengan menuntut ilmu dan menghasilkannya, mengetahui halal dan haram, mempelajari Al Qur’anul Karim dan merenungkannya, mengetahui Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sirah (riwayat hidup) Beliau serta berita-berita Beliau, adalah sebaik-baik dzikir dan paling utama. Majelis-majelisnya adalah majelis-majelis paling baik. Majelis-najelis itu lebih baik daripada majelis-majelis dzikrullah dengan tasbih, tahmid dan takbir. Karena majelis-majelis ilmu berkisar antara fardhu ‘ain atau fardhu kifayah. Sedangkan dzikir semata-mata (hukumnya) adalah tathawwu’ murni (disukai, sunnah, tidak wajib)." [ Fiqhul Ad’iyah Wal Adzkar, 1/104, karya Syaikh Abdur Razaq bin Abdul Muhshin Al Badr).

Kemudian beliau menyebutkan hadits-hadits dan perkataan para ulama, yang semuanya menunjukkan lebih utamanya ilmu (din) dibandingkan dengan ibadah yang tidak wajib.

Yang paling utama, luruskan niat. Berkumpul untuk menambah ilmu, mentadabburi Al-Qur'an, As-Sunnah, mencari pemahaman tentang halal-haram dalam syariat Islam. Bukan berkumpul dan bercampur baur dengan lawan jenis yang isinya banyak obrolan tidak penting atau banyak bercanda, yang seperti ini bukan majelis ilmu yang dimaksud.
Wallahu a'lam bisshawab.

#Question
@Widya
Adab2 wanita kemasjid:
-Tidak tabaruj
-Menutup aurat sesuai aturan
-Tidak memakai pakaian yg mencolok
-Tidak memakai wewangian
-Tempat ikhwan dan akhwat dipisah
-Menundukan pandangan
-mendapat ijin dari mahramnya

Ada lagi kah?

Dan kalo memenuhi adab2nya gapapa berarti?
Saya khawatir saat keluar rumahnya..

#Answer
@Satria
- Sebisa mungkin tidak keluar rumah sendirian.
- tidak memakai wewangian yang tercium baunya.

Ini aja tambahannya.

Sebetulnya hukum harus didampingi mahram bagi wanita yang keluar rumah itu jika bepergian jauh (safar), kalau dekat, tidak wajib.

#Answer
@Nio
Umumnya syaratnya gitu, tapi balik lagi tergantung model majelis yg didatangin sih, kalau taklim emang kayak gitu , kalau tatsqif mah beda lagi mbaa widyaa, kalau taklim kan banyak tuh. Kalau aku ta'lim kadang2 aja karena kadang cuma sekedar transfer ilmu, lebih sering tatsqif karena lebih intensif dan ini guru aku yg membimbing aku langsung agar mengamalkan apa yg aku pahami.
Jelasin deh yg tau bedanya metode belajar Islam antara itu, sy mau halaqah soalnya.. Assalammualaikum warrahmatullahi wabbarakathu.

#Answer
@Reksa
Pentingnya peranan guru dalam kehidupan sehari² yaitu supaya bisa bimbing. Jadi engga cuma sekedar memahami apa yang diambil dari bermajelis terutama jika sulit bertanya hal yang tidak dipahami.

#Question
@Widya
Taklid itu apa?

#Answer
@Reksa
Apa yah taqlid teh, kaya misal kata pematerinya begini begini begini terus kita iyain tanpa tau perinciannya atau penjelasan lebih detailnya.

#Answer
@Atika
Taqlid buta: cuma mengikuti satu suara aja. Misalnya kita apa2 cm berpedoman sm satu ulama aja tanpa lihat pendapat ulama yg lain.

#Answer
@Yuman
Hmm, maksudnya beda tempat namun majelisnya tetap bermanhaj salaf kan

#Answer
@Reksa
Kalo saya pribadi dimana aja yang penting penjelasannya ini firman Allah, ini sabda Rasul Shalallahu'alaihiwasallam. Adapun pemahamannya keliru atau kita belum pernah denger sebelumnya ya ditinggalin aja atau tanyain langsung sama pematerinya. Wallahu'alam kalo dari penjelasan kak Nio sendiri gimana 

#Answer
@Atika
Iya yg  penting bersumber dr al-quran dan hadits, serta pemahaman para salaf
Jazakumullah khairan katsiran 

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.